Cerita Dewasa – Diperawanin Majikan
- Home
- Cerita sex perawan
- Cerita Dewasa – Diperawanin Majikan
Cerita Dewasa – Bosku Yang Doyan Memek
– Siang itu cuaca mendung menambah dingin dalam kamarku, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Masih terbayang pijatan majikanku beberapa waktu lalu, begitu takut, aneh dan juga nikmat, terus terang ini pengalamanku yang pertama dimana tubuhku dijamah tangan laki-laki. Rasa yang menjalar di semua pori-pori kulit, kurasakan keanehan yang terjadi dalam tubuhku yang berujung pada suatu kenikmatan.
Aku bingung dan bertanya-tanya, apakah yang terjadi dalam diriku? Ketika di dalam kamar mandi, betapa kagetnya aku, kulihat celana dalamku sudah basah, padahal tadi tidak merasa ingin buang air, tapi kenapa basah? Setelah aku pegang ternyata sedikit kental dan bening lalu aku cium ternyata tidak berbau, air apa yang keluar?
Sebelum kulanjutkan ceritaku ini, perkenalkan namaku Juminten, umurku menginjak 18 tahun dan aku anak bungsu dari lima bersaudara yang kesemuanya wanita. Kakak-kakakku juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ibuku sudah meninggal sejak aku berusia dua tahun, sehingga ayahku menikah lagi tetapi tidak mempunyai keturunan. Ketika kakak-kakakku pergi merantau, tinggal aku bersama ayah dan ibu tiriku di desa terpencil pantai utara Jawa tengah.
Sejak setahun lalu aku bekerja pada sebuah keluarga muda dengan satu orang anak perempuan yang baru berusia dua tahun bernama Sawijah. Majikan perempuanku yang bernama ibu Nunui adalah seorang karyawati, sedangkan suaminya pak Karsiman seorang pegawai negeri sebuah instansi pemerintah. Kehidupan di dalam rumah tangga majikanku dapat dikatakan harmonis, itu yang membuatku kerasan tinggal bersama mereka. Ibu Nunui seorang wanita yang baik, begitu pula dengan pak Karsiman.
Hari sabtu ibu Nunui masih masuk kerja, sedangkan pak Karsiman setiap Sabtu dan Minggu libur. Di rumah tinggal pak Karsiman, aku dan Sawijah. photomemek.com Aku merasa tidak enak badan sejak hujan-hujanan kemarin waktu aku pergi ke pasar. padahal malam harinya aku sudah minum obat, tetapi hingga pagi hari ini aku merasa sakit disekujur tubuh. Walau begitu tetap kupaksakan diri untuk bekerja, karena sudah kewajibanku sehari-hari dalam keluarga ini.
Setelah anaknya tidur, kurebahkan diriku di kamar. Cuaca sedang hujan terus di bulan November, setengah terpejam sayup-sayup kudengar pak Karsiman memanggil namaku, tetapi karena badan ini terasa berat, aku tak sanggup untuk bangkit, sampai bapak datang ke kamarku.
Pak Karsiman terkejut melihat kondisiku, dihampirinya aku dan duduk ditepi ranjang. Aku berusaha untuk bangkit walau kepala ini seperti dibebani ribuan batu, tiba-tiba tangan bapak menyentuh dahiku kemudian merengkuh bahuku untuk memintaku tiduran kembali.
Pak Karsiman bilang kalau tubuhku demam, kemudian dia memijit keningku, mataku terpejam menikmati pijitan itu, terasa sakit di kepala dan lemas sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat pak Karsiman menyuruhku untuk telungkup, akupun menurutinya.
Kuraskana kain bajuku disingkap ke atas olehnya, kemudian tali BH-ku dicopotnyanya. Aku terkejut, tetapi karena lemas aku pasrah saja, kurasakan pijitan pak Karsiman dipunggungku. Disinlah awal keanehan itu terjadi. Walaupun kondisi demam, tetapi perasaan itu tetap saja kurasakan, begitu hangat, begitu damai, begitu takut dan akhirnya begitu nikmat, mata kupejamkan sambil menikmati pijatan pak Karsiman. ”Aaaaahhh.. enaaaakkk..”
Umur pak Karsiman sudah 46 tahun, dan kuakui walaupun sudah 46 tahun tapi wajahnya masih kelihatan seperti umur 30’an. Disaat aku merasakan pijitan pak Karsiman, tiba-tiba kurasakan resluiting celana pendekku di belakang diturunkannya. Aku ingin berontak dan membalikkan badan, tetapi ditolak oleh pak Karsiman dengan mengatakan bahwa bagian bawahpun harus dipijit, akhirnya aku mengalah walau disertai rasa malu saat pak Karsiman melihat pantatku yang montok dan aduhai.
Jujur, yang ada di dalam benakku saat itu tidak ada prasangka lain selain aku dipijit pak Karsiman. Setelah agak lama, dia menyudahi pijitannya dan aku diberi lagi obat demam yang segera kuminum, kemudian dia meninggalkan kamarku.
Sebelum tidur kuputuskan ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti yang telah aku ceritakan di atas, bahwa celana dalamku basah, dan ternyata bukan pipis. Aku raba dan rasakan ternyata berlendir dan bening, aku tidak tahu hubungannya lendir ini dengan pijatan pak Karsiman tadi. Aku tak mampu berpikir jauh, setelah dari kamar mandi, kuputuskan untuk tidur di kamar.
Sore hari gerimis turun, ketika aku tidur, siang tadi ternyata ibu Nunui dan Sawijah pergi kerumah famili serta menginap di sana karena ada hajatan, sementara pak Karsiman tinggal di rumah sebab besok Minggu ada acara kerja bakti di komplek. Setelah sesiangan tadi aku tidur, kurasakan tubuhku agak mendingan, mungkin karena pengaruh obat turun demam yang aku minum tadi, sehingga aku berani untuk mandi walau dengan air hangat. Selesai mandi terdengar suara pak Karsiman dari ruang TV memanggil namaku, aku bergegas langsung kesana.
Pak Karsiman menanyakan keadaanku yang kujawab sudah mendingan. kemudian dia menyuruhku membuatkan teh hangat untuknya. Teh kubuat dan kuhidangkan di meja depan pak Karsiman, kemudian pak Karsiman menyuruhku duduk di bawah depan tempat duduknya, kuturuti perintahnya. Ternyata dia sedang menonton acara TV kesukaannya, kemudian dia memegang pundaku serta memijit perlahan-lahan dan bertanya apakah pijitannya enak, kujawab saja enak sekali sembari tersenyum, sembari tetap memijat pundakku kami berdua membisu sambil menonton TV.
Lama-kelamaan perasaan aneh itu menjalar lagi, aku merasakan sesuatu yang lain, yang ku tak paham perasaan apa ini, kurasakan sekujur bulu tubuhku mermang. Tiba-tiba kurasakan hembusan nafas di samping leherku, aku melirik, ternyata wajah pak Karsiman telah sampai di leherku, seketika bulu kudukku berdiri dan aku merasakan getaran-getaran aneh yang menjalar kesemua tubuhku, aku tidak berontak, aku takut, tetapi getaran-getaran aneh itu kurasakan begitu nikmat hingga tanpa kusadari kumirngkan kepalaku seakan memberi keleluasaan pak Karsiman untuk mencumbunya.
Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati setiap usapan bibir serta lidahnya di leherku. Getaran itu kini menjalar dari leher terus turun ke bawah, yang kurasakan tubuhku melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan dan nge-fly. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Tangan pak Karsiman masih memijat pundakku sementara dia masih mencumbui leherku, tak lama kemudian kurasakan tangan itu meraih kancing baju depanku dan membukanya satu persatu dari atas ke bawah.
Setelah semua kancing bajuku terlepas, kembali tangannya memijat bahuku, semua itu aku rasakan dengan melayang-layang, perlahan tapi pasti kedua tangan pak Karsiman menyentuh ke dua payudaraku, aku kaget. Kedua tanganku lalu memegang tangannya, dia membisikkan supaya aku menikmati saja pijitannya, tanganku akhirnya kulepaskan tanganku dari tangan pak Karsiman yang berada di payudaraku. Lagi-lagi kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, payudaraku diremas tepatnya daripada dipijit, walau masih memakai bh.
Kemudian tangannya kembali kepundakku, ternyata diturunkannya tali bhku, perlahan-lahan diturunkan sebatas lengan, sementara ciuman pak Karsiman masih di leher, kadang leher kiri, kadang leher kanan. Aku melayang hebat, dimana kedua tangannya meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan. Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya kedua putingku, tak sadar ku keluarkan desahan pelan. ”ehmmm.. ahhh..”
Secara tidak kusengaja, tangan kiriku meraba celana dalamku sendiri, kurasakan gatal disekitar vaginaku, ternyata vaginaku basah, aku tersentak dan memberontak. pak Karsiman pun kaget, kemudian menanyakan ada apa, aku tertunduk malu. Setelah didesak aku menjawab malu, kalau aku ngompol. Pak Karsiman tersenyum dan berkata bahwa itu bukan ompol, lalu dia berdiri dan membimbingku duduk di sofa.
Pak Karsiman menanyakan padaku, yang kujawab bahwa ini pengalamanku yang pertama, kemudian dia mengatakan ingin memberi pengalaman selanjutnya dengan catatan supaya aku tidak menceritakan pengalaman ini pada siapa saja. Aku hanya mengangguk dan menunduk, tak berani kutatap matanya karena malu. Di luar hari sudah berganti malam, gerimis pun berubah menjadi hujan, tetapi aneh, hawa di ruang TV berubah menjadi hangat, apakah ini hanya perasaanku saja?
Sementara aku duduk di sofa, pak Karsiman malah jongkok dihadapanku. Aku rikuh dan menundukkan kepalaku. Tiba-tiba dia maju menuju ke payudaraku dan menciuminya, seperti bayi menetek pada ibunya. Aku berkata aduh malu pak, tetapi di jawab pak Karsiman untuk menikmati saja.
Sengatan itu kembali menyerangku ketika ciuman bapak berubah menjadi jilatan dan kuluman di putingku, aku kembali terpejam dan mengerang, tak kusadari tanganku berada di kepalanya, mengelus dan sedikit menjambak rambutnya. Aku tidak kuat menyangga tubuhku, perlahan dan pasti tubuhku terjatuh di sofa, bapak membetulkan posisiku sehingga tiduran disofa. Kemudian jilatan pak Karsiman berlanjut diperutku, sementara tangan kirinya di payudaraku, tangan kanan meraba dari betis naik ke paha serta menyingkap rok yang kukenakan.
Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatan dan elusan pak Karsiman. Aku terkejut pada saat jilatannya sampai ke celana dalamku, aku mengatakan bahwa itu kotor dan bau, tetapi dengan sabarnya pak Karsiman menenangkanku untuk tetap saja menikmatinya. Aku hanya terdiam dan pasrah, di antara takut dan malu serta rasa nikmat yang tak kuduga sebelumnya.
Perlahan pak Karsiman membuka rok serta mencopot celana dalamku dan menciumi jembutku, Takut bercampur geli berkecamuk di dalam dadaku, kurapatkan kedua pahaku menahan geli, tetapi keanehan terjadi lagi, lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar.
Posisi ini memudahkannya untuk mencumbuiku lebih dalam. Tiba-tiba pada bagian tengah atas vaginaku, kurasakan ujung lidah pak Karsiman menyengat yang lebih dahsyat lagi, tanpa kusadari kunaikkan pantatku ke atas ke bawah, aku meracau tidak karuan, sukar kulukiskan dengan kata-kata perasaan ini.
Kurasakan dunia gelap dan berputar, sayup-sayup kudengar suara kecipakan di sekitar selangkanganku, hingga ada suatu desakan dari dalam vaginaku, desakan itu tak dapat kutahan, sesuatu yang akan muncrat keluar, seperti bila ingin pipis, tetapi ini lebih dari itu. Tanganku tak dapat kukendalikan, kujambak rambut pak Karsiman hingga hampir rontok, sambil menekan kepalanya pada vaginaku. Aku melonjak, mengejang, menahan, meracau, tiba-tiba sesuatu itu keluar dari dalam vaginaku, seketika vaginaku basah, bahkan hingga becek kurasakan aku ngompol…
Setelah itu tubuhku lemas, keringat membanjiri tubuhku, tulang-tulangku terasa lepas dari tempatnya… Perasaan apa ini? antara nikmat… kebelet pipis… dan lemas… Kulihat pak Karsiman tersenyum dan mengelus rambutku, dia menanyakan apa yang aku rasakan. Kubalas dengan tatapan yang bertanya-tanya, tetapi aku tidak dapat berkata-kata, diantara nafasku yang masih memburu, aku hanya tersenyum dan memandangnya sayu.
Pak Karsiman berlutut di sampingku, melepas sarungnya, meraih tanganku dan menaruh di penisnya untuk memegang tengah celana dalamnya, kuturuti, kuraba dari luar celana dalamnya, ini pun pengalaman pertamaku memegang penis laki-laki. Kurasakan sesuatu menonjol keras ke atas di tengahnya, Pak Karsiman sangat menikmati elusanku dan kuliirik matanya setengah terpejam sembari keluar desahan, aahh.. emmhhh.. aaahhhh..
Tak lama, dia menurunkan celana dalamnya, sesaat kuterpekik melihat benda yang baru kali ini kulihat. pak Karsiman mengajariku untuk mengurut benda itu dari atas ke bawah, aku geli memegang penisnya itu, keras… keras sekali, dan kira-kira panjangnya tidak lebih dari 15cm… Pak Karsiman membangkitkanku dari rebahan, kemudian menyuruhku untuk menjilat benda itu, karena tadi dia sudah menjiltati vaginaku, apa salahnya kalo sekarang aku menjilati penisnya, pikirku.
Pertama memang kujilati penisnya itu, lama-kelamaan kumasukkan ke dalam mulutku, aku ingat masa kecilku ketika menjilati es krim. penisnya berdenyut-denyut di dalam rongga mulutku, aku merasa aneh tetapi senang dan menikmatinya, seperti anak kecil yang mendapat makanan favoritnya.
Tiba-tiba pak Karsiman mengerang sambil menarik kepalaku, penis itu berkeduk hebat, aku heran ada apa ini, tetapi penisnya itu tak dapat kulepaskan, terasa amis… gurih… sedikit asinkarena kepalaku ditahan tangan pak Karsiman, kemudian kurasakan suatu cairan keluar dari penisnya rasanya amis… gurih… sedikit asin di mulutku yang akhirnya daripada tersedak, cairan itu kutelan habis. Kulihat pak Karsiman mendengus, seperti habis berolahraga, nafasnya tergesa-gesa. Dia tersenyum dan memelukku, aku merasa damai dalam pelukannya.
Pak Karsiman mengajakku ke kamar mandi, sebelum kami masuk, dia melucuti sisa pakaianku dan juga pakaiannya. Aku merasa heran, aku menurut tanpa ada perlawanan, mungkin karena nikmat yang baru saja pertama kali aku dapat. Di dalam kamar mandi, bapak memandikanku, bapak mengagumi bulu-bulu yang tumbuh di ketiak dan selangkanganku dan berpesan agar aku tetap memelihara dan melarang memotongnya.
Pada saat pak Karsiman menyabuniku, getaran-getaran aneh menyerangku lagi. Geli bercampur nikmat menyelimuti seluruh tubuhku, sehingga tak terasa aku mulai mendesis lagi, bapak bilang bila aku tidak tahan keluarkan saja erangan itu, tapi aku malu.
Setelah aku selesai disabuni, pak Karsiman menyuruhku menyabuninya, dengan rasa takut-takut kusabuni punggung sampai kakinya, pada giliran tubuh bagian depan, kulihat penisnya yang sebelumnya lemas tampak sudah keras berdiri lagi. Pak Karsiman mengatakan enak disabuni olehku, dia meraih wajahku dan mencium bibirku, aku merasakan getaran semakin hebat ketika lidahnya bermain di dalam rongga mulutku, aku hanya terdiam dan menikmati permainan lidahnya, perlahan kuimbangi permainan lidah pak Karsiman dengan lidahku sendiri, kami saling berpagutan.
Pak Karsiman membimbing tanganku untuk menyentuh penisnya yang masih terbalut sabun, aku merasakan licin serta mengocoknya. Payudaraku pun menyentuh dadanya yang licin oleh sabun, terasa mengeras di kedua putingku, kami berpelukan… berciuman dan saling bergesekan… aktivitas ini menimbulkan gelinjang kenikmatan yang tiada tara bagiku. Setelah tubuh kami berdua tersiram air dan bersih dari sabun, dia menyuruhku untuk menghadap wastafel setengah menunduk sembari kakiku direnggangkannya, dia jongkok membelakangiku dan mulai menjilati pantatku, aku menengok ke belakang dan dia hanya tersenyum.
Pada saat lidahnya menyentuh dan mempermainkan duburku, aku tersentak dan sedikit mengangkat kakiku, kurasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan, aku mendesis, vaginaku basah dan lengket, sehingga tangan kiriku tak sadar meraba daging bulat kecil yang mengeras di tengah vaginaku sembari mengosok-gosok dan menekannya, secara naluri bagian itu yang kurasakan dapat memberi kenikmatan yang tiada terkira.
Tak lama berselang aku berasa ingin pipis lagi. Tangan kananku mencengkeram erat bibir wastafel, mengerang hebat, tangan kiriku kutekan kuat pada benjolan kenikmatanku, aku meladak lagi, nafasku memburu tidak karuan, sesaat aku merasa lemas dan seakan hilang pijakan tempatku berdiri. Pak Karsiman menangkapku kemudian membopongku menuju kamarku.
Direbahkannya diriku di tempat tidur, pak Karsiman duduk di tepi tempat tidurku sembari mengelus rambutku, tersenyum dan mengecup keningku, hatiku tentram, nafasku mulai teratur kembali. Setelah semuanya kembali normal dia merebahkan dirinya di sisiku, tanpa bicara, pak Karsiman meraba payudaraku, serta menjilatinya. Getaran-getaran itu datang kembali menyerangku, aku menggelinjang serta mengeluarkan suara-suara desisan, kuremas kepalanya sembari kutekan ke arah dalam payudaraku.
Pak Karsiman naik ke atas tubuhku, menyodorkan penisnya untuk kujilat lagi, kuraih dan kukulum penisnya seperti layaknya menjilati es krim, lalu dia memaju-mundurkan pantatnya sehingga penisnya keluar masuk dalam mulutku. Aku menikmati keluar masuknya penis itu di dalam mulutku. setelah beberapa saat, dia melepaskan kemaluannya dari mulutku. Pak Karsiman menggeser tubuhnya, kedua pahaku di kesampingkannya, perlahan-lahan penisnya didekatkan pada vaginaku sambil berkata bila terasa sakit aku harus bilang padanya.
Pertama menyentuh kulit luar vaginaku, aku agak tersentak kaget, mulailah rasa sakit itu timbul setelah penis pak Karsiman mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginaku. Aku menjerit kesakitan yang kemudian diikuti dengan dicabutnya penis pak Karsiman, dia mencium bibirku sembari membisikkan kata supaya aku menahan rasa sakit tersebut sembari mempermainkan lidahnya di dalam mulutku. Kemudian pak Karsiman mulai menusuk lagi, walau vaginaku sudah basah total. tapi rasa sakit itu tidak terkira, aku tak sanggup mengaduh karena mulutku tersumbat mulutnya
Tak terasa air mataku meleleh menahan sakit yang tak terkira, kedua tanganku mencengkeram erat pinggang pak Karsiman, akhirnya penis pak Karsiman menembus lubangku… diusapnya air mataku, penisnya dia masih tetap tertancap dalam lubangku. Dia berhenti menggoyang, setelah dilihatnya aku agak tenang, mulailah dia menggenjot lagi secara perlahan, aku sempat heran, rasa sakit itu berangsur hilang digantikan dengan rasa nikmat yang sangat luar biasa.
Aku merasa vaginaku berdenyut-denyut dengan sesuatu benda asing di dalamnya, sementara itu air lendirku juga sudah membasahi lubang vagina juga penis pak Karsiman, sehingga rasa sakit itu hilang tergantikan oleh kenikmatan yang sukar dikatakan. ceritaseksbergambar.com Tidak begitu lama kemudian aku merasa ingin pipis kembali, aku peluk pak Karsiman, aku naikkan pantatku seolah ingin menelan semua penis pak Karsiman. Aku kejang, dan melenguh panjang, aku menggigit pundak pak Karsiman hingga berdarah, sesuatu yang nikmat aku rasakan lagi, dunia berputar-putar, semua terlihat berputar, sungguh kejadian ini nikmat sekali aku nge-fly.
Aku terhempas lemas setelah aku mengalami apa yang baru aku alami, rasa sakit sudah hilang. Pak Karsiman menghentikan aktifitas seakan memberi kesempatan diriku untuk menikmati puncak kenikmatan yang baru saja kualami. Setelah beberapa saat, dengan penis yang masih mengacung ke atas, pak Karsiman mencabut penisnya dari lubang vaginaku dan menyerahkannya kedalam mulutku lagi, aku kulum penisnya, tak lama kemudian dia melenguh… dan cairan itu kembali muncrat dimulutku, karena pengalaman tadi, semua cairan itu aku telan tanpa tersisa sedikitpun.
Pak Karsiman merebahkan tubuhya disampingku, dan mengucapkan terima kasih, dia mengatakan bahwa perawanku telah hilang. Aku tercenung kulihat ke bawah, sprei tempat tidurku banya darah perawanku, tetapi aku tidak menyesal, karena hilang oleh orang yang aku kagumi sekaligus aku sayangi, Aku tidur di dalam pelukan pak Karsiman malam itu, kami kelelahan setelah mengarungi perjalanan panjang menuju kenikmatan bersama, dalam tidurku, aku tersenyum bahagia, kulirik pak Karsiman, dia terpejam sembari tersenyum juga. Kami pun terlelap tidur sampai pagi menjelang.In “Daun Muda”